Selasa, 21 Juli 2020

Rumus Menulis Buku Ala Melenial



Berbagai macam trik dan tips dalam menulis acap kali menjadi pembahasan yang diberikan oleh para penulis senior guna memberikan kemudahan dalam dunia kepenulisan, terkhusus bagi pemula yang mulai berkenalan dengan dunia tulis menulis. Ini bukan lagi barang baru di dunia kepenulisan. Para penulis hanya mencoba berbagi pengalaman menulis yang telah menjadi passion-nya. Berharap, pengalaman tersebut dapat memotivasi para penulis atau yang tertarik dengan dunia kepenulisan. 


Nah, kali ini saya juga ingin membagikan 'rumus menulis', tapi bukan dari pengalaman pribadi saya, melainkan pengalaman dari penulis buku best seller "Man Jadda Wajada, Ketika Sukses Berawal dari Pesantren, UKTUB: Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 Hari, dan beberapa buku lainnya". Dalam momen Belajar Menulis Daring bersama Om Jay dan PGRI via whatapps grup, Senin (20/07/2020).


Beliau adalah Akbar Zainudin, seorang pengajar dan trainer. Terkadang beliau mengajar di sekolah, pesantren, perguruan tinggi, instansi pemerintah, dan juga swasta. Materi yang dikuasai berkisar pada motivasi; motivasi belajar, motivasi menulis, motivasi bekerja, motivasi mengajar, motivasi berwirausaha, dan motivasi hidup. 


Salah satu titik penting yang melejitkan perubahan beliau pada saat menulis buku yang pertama, "Man Jadda Wajada". Dari situ beliau mulai bergerak lebih jauh mengembangkan Man Jadda Wajada menjadi buku dan materi pelatihan. Dari Man Jadda Wajada-lah akhirnya yang membuat beliau bisa berkeliling ke-33 Provinsi di Indonesia. Satu provinsi yang belum adalah Papua.


Mengapa mesti menulis?

1. Tidak ada kegiatan yang langsung berkaitan dengan kemampuan mempertahankan otak kita selain membaca dan menulis. 

2. Menulis adalah tentang kebahagiaan. Kalau kita tumpahkan semuanya dalam tulisan, indah sekali hidup ini. 

3. Menulis buku itu warisan terbaik kita. Di situ kita bisa cerita apa saja. Harapan kita, "unek-unek" perasaan kita. Bebas saja menulisnya. 

4. Menulis adalah tentang berbagi kebaikan. Jika kebaikan itu bisa dibagi, terus menerus dibaca orang, kebaikan itu akan terus menjadi pahala, bahkan kalau nanti kita sudah tiada. 

5. Menulis itu membuat kita lebih sehat. Kita setiap hari bangun dengan semangat baru, ada target baru yang harus kita selesaikan. Apalagi yang menyenangkan hidup kita selain bersemangat setiap hari?


Rumus TOJTRP

Ada enam langkah/rumus yang sudah diringkas materinya menjadi singkatan TOJTRP: Tema, Outline, Jadwal, Tulis, Revisi, dan Penerbit.


Pertama, T. Tentukan TEMA tulisan. Setiap buku harus punya tema besar, baik buku fiksi maupun non fiksi. Tema akan menjadi rel yang mengikat kita dari awal tulisan hingga akhir. Tema ini satu saja. Misalnya kerja keras, romantisme, cara belajar, dan sebagainya. 


Bolehkah satu orang menulis berbagai tema buku? Menurut Akbar Zainuddin, karena ini terkait dengan “branding”, berusahalah untuk fokus menulis satu tema tertentu, agar kita dikenal ahli dalam tema tersebut. Kalau temanya berubah-ubah, nanti orang bingung, kita ini sebenarnya ahli dalam bidang apa?


Pilihlah tema:

1. Yang kita kuasai,

2. Yang kita senangi. 


Kalaupun tidak kita kuasai sekarang, kalau kita senangi kita akan mau bekerja keras mencari bahan-bahan yang bisa buat kita tulis. Apakah ke perpustakaan, mencari di internet, bertanya dengan para ahli, dan sebagainya. 


Tentukan saja temanya, buat kerangkanya, dan mulailah menulis. Ketakutan-ketakutan itu seringkali hanya ada pada pikiran kita. Kalau sudah kita mulai menulis, InsyaAllah ketakutan-ketakutan itu akan hilang. Pasti ada jalan keluar. Jadi, tidak usah bingung menentukan tema. Tentukan saja, lalu tuliskan. 


Kedua, O. Buatlah OUTLINE atau DAFTAR ISI. 

Gunanya outline:

1. Agar tulisan kita terarah.

2. Bisa buat jadwal dan target.

3. Menghindari "ngeblank" pada saat menulis. 

4. Agar bukunya selesai. 


Kalau tidak ada daftar isi, akan sulit bukunya bisa selesai. Inilah salah satu hal penting yang sering diabaikan orang. Merasa sudah tahu apa yang ditulis, akhirnya tidak ada outline dan langsung menulis. Akibatnya, tulisannya tidak terarah, “melenceng” dan “lari” ke mana-mana, tidak tahu jalan akhirnya. 


Bukunya akan selesai? Tentu tidak. Banyak ide itu bagus, tetapi yang jauh lebih bagus adalah ide yang difokuskan. Cara memfokuskan ide adalah dengan membuat outline. 


Strategi Membuat Outline

Untuk non fiksi

Gunakan prinsip dasar 5W dan 1H.


WHAT: 

Ini terkait pengertian, definisi, pembagian, jenis-jenis, dan sebagainya. 


WHY:

Ini adalah tentang alasan (mengapa) buku ini ditulis, tujuannya apa dan manaatnya apa. 


HOW

How ini berbicara tentang bagaimana, tips and trick, strategi, langkah-langkah, dan sebagainya. 

Untuk 2 W yang lain, yaitu Where dan When bisa tidak digunakan. 


CONTOH. 


Tema: Santri dan Menulis


WHAT

1. Santri dan keterampilan menulis. 

2. Keterampilan apa saja yang dibutuhkan agar bisa menulis.

3. Para ulama dan karya mereka dari masa lampau.

4. dan seterusnya. 


MENGAPA?

1. Mengapa Santri Harus Menulis?

2. Tujuan Menulis.

3. Tantangan Mengapa Santri Harus Bisa Menulis.

4. dan seterusnya.


HOW?

1. Bagaimana cara menulis?

2. Bagaimana membangun disiplin menulis?

3. Tips and Tricks Menjadi Penulis.

4. dan seterusnya.


Untuk fiksi


Pertama: WHO? Siapa saja tokoh-tokohnya. 


Tentukan tokoh-tokoh yang akan menjadi bagian dari cerita.


Misalnya, ayah, ibu, teman, guru, dan sebagainya. 


Kedua: Karakter.

Gambarkan profil setiap tokoh dengan sifatnya masing-masing. 


Ketiga: Plot atau Alur Cerita.

Gambarkan alur cerita dari awal hingga akhir. Potongan ceritanya seperti apa. Di mana akan membangun cerita emosionalnya, di mana sedihnya, di mana senangnya. Terus ending cerita seperti apa, apakah happy ending, sad ending, dan sebagainya.


Membuat outline ini bisa langsung dituliskan outlinenya atau bisa dengan beberapa alat bantu, misalnya menggunakan mindmap untuk membantu membuat daftar isi. Apakah wajib? Tidak harus, tetapi ini harus ada. Biar ada rel ke mana tulisan kita, biar selalu ada arah kalau kita menemui jalan buntu, dan ini yang paling penting; bisa membuat jadwal agar buku cepat selesai.


Ketiga, J. Buatlah jadwal penulisan.

Kalau daftar isi sudah dibuat, misalnya ada 30 judul artikel atau plot cerita, mulailah membuat jadwal secara riil. Misalnya 1 tulisan jadwalnya seminggu selesai, buatlah jadwalnya dari 30 tulisan itu kapan mau selesai. Dengan kita membuat jadwal, maka akan memudahkan kita untuk mengontrol dan mengevaluasi dari hasil tulisan kita.


Membuat Jadwal

1. Buatlah tabel dengan 4 kolom, yang berisi No-Judul Artikel-Target Lama Menulis-Tanggal-Keterangan

2. Isi Nomer 

3. Isi Judul Artikel

4. Perkirakan Berapa Lama (Berapa Hari) Artikel akan Ditulis

5. Buat sesuai dengan tanggal yang ada saat ini. 

6. Isi Keterangan dengan apakah sudah selesai ditulis atau belum.


Jadwal menulis ini menentukan. Kalau ada jadwal, kita bisa mengacu pada jadwal tersebut dan bisa mendisiplinkan diri sendiri. Karena kita tahu di mana akhirnya, kapan draft naskah kita akan selesai. Kalau tidak ada jadwal, kita tidak pernah tahu perkiraan draft naskah kita kapan selesai.


Keempat, T. Tuliskan

Outline sudah ada, jadwal juga sudah ada. Berikutnya adalah tuliskan sesuai outline dan jadwalnya. Di sini, disiplin diri dan komitmen yang akan menentukan apakah tulisan kita akan selesai atau tidak. 


Tulis dan selesaikan semua judul artikel terlebih dahulu. Jangan terpaku untuk satu tulisan sampai sempurna.


Kelima, R.  REVISI

Revisilah tulisan kalau semua draft tulisan sudah selesai. Jangan terpaku hanya satu judul sampai sempurna. Kalau kurang-kurang sedikit, tidak apa-apa. Tahap pertama adalah menyelesaikan semua draft buku. Tahap kedua, baru revisi. 


Apa saja yang direvisi?

1. Data dan informasi yang kurang. 

2. Tata Bahasa

3. Gaya Tulisan. Disamakan dari awal hingga akhir. 

4. Judul-judul artikel. Buatlah judul-judul yang menarik.


Keenam, P. kirim ke penerbit


Apa yang menjadi  pertimbangan penerbit?


Paling utama adalah bukunya laku atau tidak. Ini menyangkut kebutuhan masyarakat pembaca. Apakah pembaca butuh buku kita? Siapa yang butuh? Berapa banyak orang yang butuh? 

Buku kita menjawab kebutuhan apa?


Semakin besar kebutuhan masyarakat akan buku kita, maka peluang diterbitkan semakin besar. Karena itu, sebagai penulis kita mesti memahami buku kita siapa yang akan beli, dan siapa yang kira-kira akan baca. 


Hal kedua adalah apa yang bisa membedakan buku kita dari buku sejenis. Apa kelebihan kita dibandingkan dengan buku sejenis? Kita harus mampu menjawab pertanyaan ini. Karena hal itu yang akan menjadi pertanyaan dan juga pertimbangan penerbit. 


Ketiga, pertanyaan penerbit adalah, apa yang akan Anda lakukan untuk membantu pemasaran buku? Harus punya jawabannya. Misalnya iklan di Medsos, Seminar, Pelatihan, Diskusi Buku, Membangun Komunitas, Dan Sebagainya. 


Apakah perlu membayar kepada penerbit? Kita tidak perlu membayar ke penerbit. Bahkan kita mendapatkan uang ROYALTI. Rata-rata royalti adalah 10% dari buku yang terjual. 


Bagaimana cara mengirim naskah?

1. Naskah harus sudah jadi. 

2. Diprint, dikirim dengan hard copy dan soft copy dalam bentuk CD atau Flash Disk


Berapa lama?

Kabar diterima atau tidak sekitar 3 bulan. Jadi harus bersabar.


Bagaimana kalau naskah buku ditolak?

Tidak apa-apa kalau naskahnya ditolak. Jangan sakit hati. Biasa saja. Jadikan evaluasi. Revisi, evaluasi, lalu kirim lagi. Bisa ke penerbit awal atau ke penerbit lain. 


Tugas kita itu menulis. Kalau naskah sudah jadi dan dikirim ke penerbit, biarkan saja naskah itu. Kita menulis lagi naskah buku berikutnya. Kalau nanti jawaban dari penerbit adalah diterima, alhamdulillah. Kalau ditolak, kita perbaiki, dan kirim lagi. 


Dan, kita juga punya naskah buku yang lain. Begitu seterusnya sehingga menulis itu akan terus menjadi kegiatan kita. 


Agar konsisten dan tidak kehabisan ide.

1. Banyak baca buku.

2. Latihan menulis setiap hari. Jadwalkan setiap hari menulis 15 menit saja. Disiplin. Nanti akan terlatih untuk bisa menuliskan berbagai ide secara baik. 

3. Ikut seminar dan pelatihan. 

4. Upload tulisan di blog dan medsos. 

5. Punya mentor menulis. 


Agar terus punya motivasi kuat

1. Bergabung dengan teman-teman penulis. 

2. Ikut seminar dan pelatihan. 

3. Baca buku-buku tentang menulis. 

4. Upload hasil tulisan di Medsos dan Blog.

5. Kalau ada lomba, ikuti. 

6. Punya target menerbitkan buku.

7. Buat Jadwal menulis setiap hari.

8. Punya mentor menulis.


Simpulan

Menulis itu tentang latihan. Bukan bagaimana Anda tahu bagaimana menulis sebanyak-banyaknya, tetapi bagaimana Anda berlatih sebanyak-banyaknya. Semakin banyak berlatih, tulisan kita akan semakin baik. Itu saja kuncinya. 


Mulai dengan tekad dan niat yang kuat untuk memperbaiki nasib dan hidup kita, serta untuk bermanfaat bagi orang banyak. Ikuti dengan membuat outline dan jadwal menulis, lalu konsisten menulis setiap hari. 


InsyaAllah hidup dan nasib kita akan berubah. Jadikan momentum kita naik kelas dan melesat lebih tinggi. Mudah-mudahan bermanfaat. 


Parittiga, 21 Juli  2020

Suryan Masrin 

19 komentar:

  1. mantap pak, mampir ke
    https://aniksudarwati22.blogspot.com/2020/07/m-anwar-djaelani-cakap-menulis-dari.html

    BalasHapus
  2. Mantap pak..lanjutkan jadi buku ya..

    BalasHapus
  3. Resumenya rapi
    Mantul
    Semangat trs pak...

    BalasHapus

Guru Bidin (1911-1978) Pegawai Negeri Pertama dari Kampung Peradong

  Guru Bidin atau guru Pidin adalah guru pertama di sekolah rakyat (SR) kampung Peradong. Nama lengkap beliau adalah Idin bin Sja'ban la...