Minggu, 05 Juli 2020

Produktif Menulis, Emang Bisa?



"Menulislah, maka engkau akan dikenang"

(Suryan Masrin)


Menulis sebenarnya bukan lagi barang asing yang menjadi momok. Tidak ada lagi istilah orang buta menulis, sekalipun yang tak sekolah, mereka juga bisa menulis, kecuali bagi suku-suku pedalaman yang tak mengenal alat-alat tulis pada umumnya. Ibarat pepatah, "harimau mari meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati  meninggalkan 'nama' (juga tulisan)". Dua pepatah yang diumapakan ke binatang tadi sudah sangat jelas bendannya. Bagaimana dengan manusia?? "Menulislah, maka engkau akan dikenang", dikenang melalui kebaikan, jasa, dan tulisan (baik untuk kebaikan, buruk akan menghinakan).


Kali ini, tulisan mengenai tema "MARI PRODUKTIF MENULIS" yang disampaikan oleh Doktor Ngainun Naim (dosen IAIN Tulungagung) dalam diskusi Belajar Menulis bersama Om Jay dan PGRI (bagi guru) pada Jum'at (3/7/2020) dua hari yang lalu. Topik ini sebenarnya bukan lagi topik yang istimewa, karena para peserta sudah menuju jadi penulis yang produktif (semoga). Sekadar bahan untuk renungan bersama, bahwa Guru adalah kunci penting dalam dunia pendidikan. Jika guru berkualitas, besar kemungkinan kelas yang diajarnya juga berkualitas. Tapi jika gurunya kurang berkualitas, tentu hasil pembelajarannya juga kurang sesuai dengan harapan.


Salah satu kunci penting untuk peningkatan kualitas guru adalah dengan membangun budaya literasi. Literasi berarti budaya membaca dan menulis. Terkadang masih banyak orang yang memahami literasi itu hanya membaca saja. Seorang guru yang mau terus membaca buku dan menulis memiliki peluang untuk semakin meningkat kualitas dirinya. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin banyak karya yang dihasilkan, maka akan memiliki kontribusi penting bagi kemajuan pendidikan.


KUNCI-KUNCI PENTING DALAM MENULIS.


Kita ketahui bersama bahwa kunci itu adalah alat untuk membuka. Alat di sini adalah alat yang bisa menjadikan kita produktif dalam menulis. Apa sajakah kunci-kunci tersebut, berikut akan diuraikan.


KUNCI PERTAMA: MOTIVASI


Apa motivasi kita dalam menulis? Silahkan ditata utang mulai dari sekarang. Motivasi menulis bisa berupa; [1] motivasi karir. Menulis merupakan aktivitas yang berkaitan erat dengan profesi seorang guru. Implikasinya, semakin mahir menulis maka semakin lancar karir yang kita tempuh. [2] motivasi materi; menulis itu menghasilkan honor. Bagi penulis yang sudah sangat terkenal, honor memang sangat berlimpah. Bukunya terus mengalami cetak ulang. 


Namun jumlah mereka yang beruntung dari sisi ini tidak terlalu banyak. Sebagian besar penulis justru kurang mendapatkan perhatian dari sisi materi. [3] motivasi politik; menulis ditujukan untuk mencapai tujuan politik tertentu. [4] motivasi cinta; menulis karena memang mencintai aktivitas menulis.


Kita bisa memilih jenis motivasi masing-masing. Bisa juga menambah jenis motivasi di luar 4 motivasi di atas. Namun perlu diingat, bahwa apa pun motivasi yang dipilih, maka akan mempengaruhi terhadap tulisan atau buku yang akan dihasilkan.


KUNCI KEDUA: MEYAKINI BAHWA MENULIS ITU ANUGERAH


Meyakini bahwa mau dan mampu menulis itu adalah anugerah, sebuah keharusan. Seseorang bakal dinilai sebagai cendikiawan atau ahli, jika mereka mampu menghasilkan sebuah tulisan yang menggugah dunia. Banyak orang yang mau menulis, tapi tidak mampu mengerjakannya; bisa jadi  karena kesibukan atau sejuta alasan lainnya. Banyak yang sesungguhnya mampu menulis,  tetapi tidak mau menulis. Karena itulah bisa itu adalah anugerah luar biasa yang harus disyukuri. Cara mensyukurinya adalah dengan cara terus menulis.


Menulis itu membuat kita menjadi berbeda dibandingkan orang lain. Sesederhana apa pun buku yang kita hasilkan, itu tetap memiliki kontribusi penting. Jangan dengarkan nyinyiran yang tidak konstruktif. Selama kita terus menulis, maka akan menjadikan kita sebagai makhluk yang berbeda.


KUNCI KETIGA: MENULIS ITU MEMBERIKAN BANYAK “KEAJAIBAN” DALAM HIDUP  


Setidaknya ada 5 keajaiban (manfaat) yang disarikan dari pengalaman Om Jay (Wijaya Kusumah) seorang guru blogger karena menulis. [1] mendapatkan banyak materi. Karena rajin menulis, bukunya mendapatkan banyak royaliti. [2] sering diundang sebagai pembicara di berbagai forum. [3] memiliki banyak teman. [4] Bisa membeli peralatan yang dibutuhkan dalam kehidupan. [5] tulisan adalah alat perekam kehidupan yang ajaib.


KUNCI KEEMPAT: TIDAK MUDAH MENYERAH


Banyak orang ingin menulis, tentu termasuk menulis buku, tetapi semangat menulisnya naik turun. Saat ikut kegiatan kepenulisan semacam ini, semangat menulisnya berapi-api. Tetapi saat kembali ke dunia nyata, ke dunia kehidupan sehari-hari, semangat itu perlahan tetapi pasti memudar dan akhirnya hilang sama sekali. 


Saat bersemangat, menulis berlembar-lembar halaman dalam sehari terasa ringan. Saat tidak bersemangat, satu paragraf pun terasa berat sekali. Bahkan sangat mungkin berbulan-bulan tanpa menulis sama sekali. Menulis lima paragraf yang dilakukan rutin setiap hari jauh lebih baik daripada sepuluh halaman yang dilakukan tiga bulan sekali.


KUNCI KELIMA: BERJEJARING


Jadi penulis jangan menepi. Memang saat sekarang kita harus menepi karena Corona, tetapi bukan berarti tidak berinteraksi. Bangun jejaring kepenulisan. Ikut kegiatan semacam ini juga dalam rangka berjejaring. Suatu ketika nanti kita akan merasakannya.


KUNCI KEENAM: MENULIS SEBANYAK-BANYAKNYA


Menulislah setiap hari tanpa henti. Lakukan secara terus-menerus. Jika kita merasa tulisan kita tidak baik, maka dengan menulis setiap hari, tulisan kita akan otomatis menjadi baik.


Demikian 6 kunci agar menjadi penulis yang produktif, yang di sajikan dari materi yang disampaik pak Naim, semoga bermafaat.


Mentok, 5 Juli 2020

Di penghujung waktu, di akhir pekan

Suryan Masrin 

22 komentar:

  1. Ya..mantap pak.....budaya literasi harus tetap ada... Tumben baru di posting... Kirain emak2 aja yg super sibuk😊😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, biasa bu, banyak ikut Daring yang lain juga, mulai malahan ikut Daring Bimtek penulisan sejarah dr kemdikbud

      Hapus
    2. Baguss pak.. keren.. semangat teruss

      Hapus
  2. keren pak suryan..lengkap
    sangat bermanfaat...salam literasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya bu Halimah, makasih bany7ak, tp saya last time baru kelar bikinnya...

      Hapus
  3. Quote paling atas itu mantul sangat euy pak.
    Keren sekali pak.

    BalasHapus

Guru Bidin (1911-1978) Pegawai Negeri Pertama dari Kampung Peradong

  Guru Bidin atau guru Pidin adalah guru pertama di sekolah rakyat (SR) kampung Peradong. Nama lengkap beliau adalah Idin bin Sja'ban la...